Wednesday, 15 April 2015

Book: Apa itu Homeschooling

sumber: www.rumahinspirasi.com

Penulis:   Sumardiono (www.rumahinspirasi.com)
Penerbit: Panda Media  (Imprint dari Gagas Media)
Isi:          178 halaman

Baru-baru ini aku membaca buku Apa Itu Homeschooling gara2 direkomendasikan sama Ayah Edy..
Bukann, aku sama sekali belum berani untuk homeshool F and D.. tapi aku emang ngefans sama Ayah Edy dan emang suka baca aja.. :)

Sebagai background, sang penulis mempunya 3 orang anak, Yudhis (lahir tahun 2001), Tata (2004) dan Duta (2008) yang semuanya menjalani homeschooling sejak lahir. Penulis adalah seorang blogger yang banyak menulis soal homeschooling dan pendidikan anak di blognya. Bersama istrinya, Mira Julia (yang sepertinya cukup kondang juga sebagai pembicara seminar parenting), beliau menghomeschool-kan ketiga anaknya tersebut. 

Penulis di buku ini ingin menyanggah istilah "Anak itu ibarat kertas kosong" dimana pendidikan intinya adalah "mengisi" anak yang tadinya kertas kosong ini dengan berbagai macam pendidikan (jadi sifatnya pasif).. 

Menurut beliau pendidikan itu harusnya fokusnya "mengeluarkan" potensi anak.. 

Nah bagaimana sistim pendidikan saat ini? sebagian besar mungkin lebih ke anak "diisi" informasi, disuruh duduk diam, mendengarkan.. anak-anak selalu berada dalam kondisi pasif karena mereka hanya dipandang sebagai kertas kosong. 

Beliau juga mengutip kata-kata Alvin Toffler, seorang futurolog (aku bahkan tidak tau profesi macam apa itu futurolog hihihi) "The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn."

Menurut aku kata2 ini kena banget, terutama dibagian unlearn dan relearn... di masa teknologi demikian cepat berkembang kita harus mempelajari banyak cara-cara baru, yang terkadang beda sama yang udah kita pernah pelajari sebelumnya.. disitu kita harus flexible untuk unlearn dan relearn. Banyak orang-orang yang ketinggalan di jaman ini karena males belajar hal baru, udah seneng di comfort zone-nya, menggunakan cara2 lama. 

Selain flexible (kelenturan), penulis juga mengatakan bahwa kita sebagai orangtua juga harus persistent. Persistent untuk pantang menyerah, terus bertindak, mengalahkan semua perasaan... 
Ini kena banget di aku, sebagai ibu aku kadang suka sedih kalo usahaku untuk beraktivitas bersama anak2 atau bikin2 bento kadang2 suka ditolak atau ditanggapi tidak sesuai ekspektasi...  tapi aku belajar bahwa namanya anak2 jujur dan polos, kita gak boleh down dong, harus terus berusaha kasih yang terbaik, sodorin semua aktivitas, dan ikhlas walau capek2 bikin tapi ditolak, pasti suatu saat akan berbuah hasil yang manis :) 

Selain itu menurut beliau gaya belajar yang efektif adalah dengan bertanya. Katanya "dengan menggunakan gaya komunikasi bertanya, kita memberikan penghargaan kepada anak. Mereka bukan hanya makhluk kecil yang harus menuruti apapun yang kita katakan. Namun mereka adalah individu yang memiliki keinginan, kebutuhan, pendapat, dan kedirian." 

Ini juga kena di aku, sekarang ini masa2 Faith mulai mempertanyakan dan mulai protes kalau kita marahin... kadang2 aku merasa emosi karena kok ini anak gak nurut ya... padahal aku harusnya mengerti kalo dia bukan anak kecil lagi, dan bahkan dia lebih pintar dan punya potensi yang jauh lebih besar dari aku.. yang mana tugasku adalah win her heart jadi dia bisa mendengarkan values yang aku mau tanamkan (pe-er banget). 

Penulis juga menuliskan tentang teori kecerdasan anak (Howard Gartner) dan gaya belajarnya yang menarik banget...ada anak cerdas bahasa, cerdas matematis-logika, cerdas spasial, cerdas kinestetis-jasmani, cerdas musikal, cerdas interpersonal, cerdas intrapersonal, cerdas naturalis.. 

Sepertinya penulis ini emang cs an sama Ayah Edy ya hehehe.. karena Ayah Edy juga suka nyebut2 si Howard Gartner ini. Di society kita kan anak yang cerdas itu pasti yang nilainya bagus di semua mata pelajaran, atau yang cerdas bahasa dan matematis-logika.. sementara yang cerdas2 lainnya dianggap kurang cerdas/bodoh. Padahal anak punya bakatnya masing2, yang kita harus fokuskan dan kembangkan untuk jadi expert,  ibaratnya ikan disuruh belajar terbang atau burung disuruh belajar menyelam mana bisa? 

Membaca buku ini tidaklah membuat aku untuk langsung pingin homeschool anak2.. karena aku gak yakin aku bisa.. (sungguh deh).. butuh persistensi yang sangat tinggi untuk berani mengambil keputusan itu. Aku salut banget deh sama penulis dan istrinya.. juga Ayah Edy.. , tapi setidaknya aku akan terus mencoba beraktivitas sama anak2 di waktu2 yang aku punya, sepulang kerja atau pas wiken/libur.. 

Di bagian akhir ada quote dari penulis yang aku suka banget

"Pendidikan bukanlah kompetisi, bersaing dan mencari menang dengan mengalahkan orang lain. Kita tak perlu capek dan sempit hati untuk mengalahkan orang lain. Yang terpenting adalah melihat apakah potensi yang dikaruniakan Tuhan dalam diri kita sudah kita maksimalkan." 

" Yang dimaksudkan hidup berkualitas adalah hidup dengan kelapangan (ikhlas) dan sukacita (syukur) dalam keadaan apapun"

Sekian review amatir dari seorang ibu.. :) 

4 comments:

  1. Thank you, Bon buat review bukunya :) quotes nya bagus2 dan juga merhema buat aku.
    "Pendidikan bukanlah kompetisi..." memang bener bgt dan setuju bgt. Aku ga tahu di sekolah2 lain ya, tp di sekolah anakku itu ngga ada sistem ranking, jd ya diharapkan semua anak berusaha memaksimalkan potensinya tnp memikirkan urutan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya memang di sekolah anakku juga ga ada sistim ranking..
      tapi kadang orang berargumen kita perlu saingan supaya bisa ngepush kita lebih lagi..

      Delete
  2. Eh...bagus lho quote nya... pas banget secara hari ini aku baru dari sekolahnya Alice dan ternganga melihat ibu2 kompetitif banget pengen anaknya menang lomba cerdas cermat, sampe mikir sendiri: kayaknya ada yg salah nih sama gue...
    Thanks Bon, aku suka kalo kamu nulis review ttg buku2 yg kamu baca :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. thank you juga Mayo.. senang ternyata ada gunanya juga buat orang lain nulis review2 begini hehehe..
      banyak memang ibu2 kompetitif.. yah mgkn memang udah human nature juga ya

      Delete